Kamis, 18 Desember 2008

Baru Kecipratan sudah merasa Basah

Selamat pagi sahabat

Maaf kalau judul di atas bermakna banyak dan cenderung membingungkan...hehehe..

pada dasarnya kita semua dalam proses pembelajaran, semua hal....termasuk belajar tentang kehidupan, sudah sangat jelas bahwa agama kita juga mengajarkan tholabul 'ilmi - nya seorang manusia adalah dimulai dari ayunan sewaktu kita kecil sampai menjelang ajal.

nah, bagaimana mungkin kita mengingkari hal tersebut? maka apa ada yang salah dalam proses belajar kita...

seorang calon presiden sekalipun dia akan tetap belajar bagaimana menjadi presiden yang se sempurna mungkin, nyaris tanpa cacat...apalagi kita?, kita yang memang masih sangat kurang dalam beberapa hal...kenapa kita harus menutup kemungkinan yang mengharuskan kita untuk terus belajar dan belajar?

karena memang dengan belajar kita akan tau bagaimana proses kehidupan berjalan, contohnya seorang ibu yang khawatir tentang masa depan anaknya yang dengan kepercayaan diri extra dan sedikit dukungan, BERANI resign dari pekerjaan yang dianggap sang ibu mungkin sudah cukup untuk kehidupan anaknya, nah di sini intinya, bahwa sang anak tidak serta merta mengacuhkan pendapat ibunya, tapi dengan pemikirannya dan nawaitu untuk tholabul 'ilmi itulah anak berpedoman dan mencoba menjelaskan pelan-pelan bahwa hanya dengan do'a sang ibu dan proses pembelajaran yang diberikan ibu nya lah yang akan membuat sang anak kuat...

tapi adakalanya sang anak tidak sabar dengan kekhawatiran ibu, beberapa sahabat yang mempunyai kasus mirip contoh di atas justru menerangkan habis-habisan kemudian mem-vonis bahwa kekhawatiran ibunya adalah kesalahan, bahwa dirinya lah yang benar, penuh perhitungan, prediksi dan gambaran masa depan, sedangkan pandangan dan kekhawatiran ibunya sangat tradisional, konvensional dan cenderung kuno.....
padahal, apa yang menjadi kekhawatiran ibu itu adalah 100% benar kalau kita tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh, setengah-setengah dan tanpa restu beliau...yakinlah...tanpa doa beliau semua tak bisa terwujud, karena restunya adalah pondasi mental kita...

buatlah beliau memberikan sejuta pertimbangan namun tetap merestui jalan kita karena nasehat dan kekhawatiran beliau adalah kontrol kehidupan kita...

jangan pernah merasa basah oleh ilmu kalau kita hanya sekedar kecipratan saja...
berfikirlah hanya dengan restu beliaulah kita besar dan bisa mengambil keputusan..

salam hangat
firdaus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar